Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif mencakup 4 gangguan yakni;
- Amnesia Psikogenik/disosiatif
- Fugue Disosiatif
- Kepribadian Ganda
- Gangguan Depersonalisasi
PENYEBAB
Gangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami. Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.
Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa :
- Kepribadian yang labil
- Pelecehan seksual
- Pelecehan fisik
- Kekerasan dalam rumah tangga (ayah dan ibu cerai)
- Lingkungan social yang sering memperlihatkan kekerasan
Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang lain.
TANDA dan GEJALA
Pada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam.
Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi :
- Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
- Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan
- Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)
- Identitas yang buram
- Depersonalisasi
Gangguan disosiatif selalu dihubungkan dengan penyulit yang signifikan. Orang-orang
dengan kondisi seperti ini sering tidak dapat mengelola emosi dan stress dengan baik.
Dan reaksi disosiatifnya dapat menyebabkan teman-temannya mengaggap dirinya
aneh.
Gangguan disosiatif selalu dihubungkan dengan penyulit yang signifikan. Orang-orang
dengan kondisi seperti ini sering tidak dapat mengelola emosi dan stress dengan baik.
Dan reaksi disosiatifnya dapat menyebabkan teman-temannya mengaggap dirinya
aneh.
FAKTOR RESIKO
Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil sangat berisko besar mengalami gangguan disosiatif. Anak-ana dan dewasa yang juga memiliki pengalaman kejadian yang traumatic, semisalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang infasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan disosiatif ini.
PENANGANAN
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang dialami.
Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
PENANGANAN
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang dialami.
Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
- Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.
- Terapi kognitif. Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang negative dan tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa.
- Terapi obat. Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan disosiatif ini.
PENGOBATAN ALTERNATIF
Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hypnosis yang biasanya berupa hypnoterapi atau hipnotis sugesti sebagai bagian dari penanganan pada gangguan disosiatif.
Hypnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja ahli hipnotis akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.
PENCEGAHAN
Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan disosiatif. Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil yang maksimal, dengan penangan yang minimal.
Amnesia Disosiatif
Pada Amnesia disosiatif biasanya didapati gangguan ingatan yang spesifik saja dan tidak bersifat umum.Informasi yang dilupakan biasanya tentang peristiwa yang menegangkan atau traumatik, dalam kehidupan seseorang. Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas pribadi seseorang, tetapi daya ingat informasi umum adalah utuh.
Gangguan yang biasanya disebut orang yang tidak mampu mengingat apapun termasuk dirinya sendiri atau generalized amnesia (amnesia total) amnesia yang dapat berlangsung seumur hidup adapun mengenai localized amnesia atau selective amnesia yakni ketidakamampuan untuk mengingat kejadian –kejadian tertentu, biasanya terjadi karena kejadian yang traumatic. Gangguan ini disebut sebagai kehilangan ingatan tidak disebabkan oleh penyebab organic tertentu, seperti kerusakan pada otak atau kondisi medis tertentu,bukan pula effect langsung dari obat-obatan atau alcohol.
PENYEBAB
Gangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada orang yang telah terlibat di dalam peperangan, kecelakaan, atau bencana alam. Hal itu juga dapat menghalangi ingatan pada kekerasan seksual pada masa kanak-kanak, yang nantinya teringat lagi di masa dewasa. Amnesia dissociative bisa terjadi untuk beberapa waktu setelah peristiwa traumatic. Apakah beberapa pemulihan ingatan merefleksikan peristiwa sesungguhnya pada ingatan masal lalu orang tidak diketahui, sampai dipastikan oleh orang lain.
Gangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada orang yang telah terlibat di dalam peperangan, kecelakaan, atau bencana alam. Hal itu juga dapat menghalangi ingatan pada kekerasan seksual pada masa kanak-kanak, yang nantinya teringat lagi di masa dewasa. Amnesia dissociative bisa terjadi untuk beberapa waktu setelah peristiwa traumatic. Apakah beberapa pemulihan ingatan merefleksikan peristiwa sesungguhnya pada ingatan masal lalu orang tidak diketahui, sampai dipastikan oleh orang lain.
GEJALA
Gejala yang sangat umum pada amnesia dissociative adalah kehilangan ingatan. Segera setelah menjadi amnesia, seseorang bisa kelihatan bingung. Kebanyakan orang dengan amnesia dissociative setidaknya depresi atau sangat menderita karena amnesia mereka.
TERAPI
Dokter memulai pengobatan dengan membantu orang tersebut untuk merasa aman dan terjamin. Jika ingatan yang hilang tidak secara spontan teringat, atau jika kebutuhan untuk mengingat ingatan tersebut mendesak, teknik mengingat kembali seringkali berhasil. Menggunakan hipnotis atau wawancara yang diawali dengan obat (wawancara dilakukan setelah orang tersebut tenang dengan obat secara infus seperti amobarbital atau midazolam), dokter menanyakan orang yang amnesia mengenai masa lalunya.
Dokter menggunakan hipnotis dan wawancara dengan obat untuk mengurangi hubungan dengan jangka waktu tersebut dimana terdapat amnesia, dan untuk masuk atau memotong pertahanan orang amnesia yang telah diciptakan untuk melindungi dari mengingat pengalaman menyakitkan atau konflik. Dokter harus hati-hati untuk tidak memberi kesan apa yang harus diingat atau merangsang ketertarikan ekstrem. Ingatan diingat kembali melalui beberapa cara bisa jadi tidak akurat dan bisa memerlukan bukti pendukung eksternal. Oleh karena itu, sebelum hypnosis atau wawancara drug-facilitated dilakukan, dokter memberitahukan kepada orang yang amnesia bahwa ingatan bisa didapat kembali dengan teknik ini atau bisa tidak akurat dan memperoleh persetujuan orang tersebut untuk diproses.
Mengisi celah ingatan seluas mungkin menolong memulihkan kesinambungan terhadap jati diri orang tersebut dan perasaan mereka sendiri. Satu kali amnesia menghilang, psikoterapi lanjutan menolong orang tersebut memahami trauma atau konflik yang menyebabkan gangguan tersebut dan memecahkannya.
Kebanyakan orang mendapatkan kembali apa yang hilang dari ingatan mereka dan menyelesaikan konflik yang menimbulkan amnesia. Meskipun begitu, beberapa orang tidak pernah menembus penghalang yang mencegah mereka dari merekonstruksi ingatan mereka yang telah lalu.
FUGUE
Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue sama dengan amnesia ”dalam pelarian”. Dalam fugue dissosiative memori yang hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya), mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaanya serta memiliki identitas yang baru namun mereka mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik yang berat,misalnya pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau bencana alam .
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif. Pasien dengan fugue disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan situasi kerjanya dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas mereka sebelumnya (nama,keluarga, pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi tidak selalu, mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang terlihat pada gangguan identitas disosiatif.
- Pergi jauh dari rumah atau tempat kerja secara tiba-tiba dan tidak mampu mengingat masa lalunya.
- Bingung terhadap identitas pribadi atau mendapatkan identitas baru secara persial atau total.
- Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama berlangsungnya gangguan identitas dissosiative, dan bukan disebabkan oleh substansi tertentu atau kondisi medis secara umum
- Gangguan menyebabkan distress atau daya ingat significant untuk berfungsi secara normal.
PENYEBAB
Penyebab dissociative fugue serupa kepada dissociative amnesia. Dissociative fugue sering disalaharti sebagai malingering, karena kedua kondisi bisa terjadi dibawah keadaan bahwa seseorang mungkin tidak bisa memahami keinginan untuk menghindar. Meskipun begitu, dissociative fugue terjadi secara spontan dan tidak dibuat-buat. Malingering adalah sebuah penyataan dimana seseorang berpura-pura sakit karena hal itu memindahkan tanggung jawab untuk tindakan mereka, memberikan mereka sebuah pengecualian untuk menghindari tanggung jawab, atau mengurangi sentuhan mereka untuk resiko yang diketahui, seperti tugas pekerjaan yang berbahaya.
Kebanyakan fugue tampak melambangkan pemenuhan keinginan yang disembunyikan (misal, lari dari tekanan yang berlebihan, seperti perceraian atau kegagalan keuangan). Fugues lainnya berhubungan dengan perasaan ditolak atau dipisahkanm atau mereka bisa melindungi orang tersebut dari bunuh diri atau impul pembunuhan. Ketika dissociative fugue berulang labih dari beberapa waktu, orang tersebut biasanya memiliki gangguan identitas dissociative yang mendasari.
GEJALA
Fugue bisa berlangsung dari hitungan jam sampai mingguan, atau kadangkala bahkan lebih lama. Seseorang yang dinyatakan fugue, mengalami kehilangan identitas biasanya, biasanya hilang dari tempat yang biasanya dikunjungi, meninggalkan keluarga dan pekerjaannya. Jika fugue tersebut singkat, orang tersebut bisa tampak secara sederhana kehilangan beberapa pekerjaan atau pulang terlambat, atau, jika bingung, bisa mengunjungi perhatian medis atau kekuasaan menurut undang-undang, jika fugue tersebut berlangsung beberapa hari atau lebih lama, orang tersebut bisa bepergian jauh dari rumah dan mulai pekerjaan baru dengan identitas yang baru, tidak menyadari setiap perubahan pada hidupnya. Selama fugue tersebut, orang tersebut bisa terlihat normal dan tidak menarik perhatian. Meskipun begitu, pada hal tertentu, orang tersebut bisa menjadi sadar pada ingatan yang hilang (amnesia) atau bingung mengenai identitasnya.
Seringkali orang tersebut tidak memiliki gejala-gejala atau hanya bingung yang ringan selama fugue tersebut, meskipun begitu, ketika fugue tersebut berakhir, orang tersebut bisa mengalami depresi, tidak nyaman, sedih, malu, konflik hebat, dan kecendrungan untuk bunuh diri atau impuls agresif.
DIAGNOSA
Seorang dokter bisa menduga dissociative fugue ketika seseorang tampak bingung mengenai jati dirinya atau bingung mengenai masa lalunya, atau ketika berhadapan dengan tantangan identitas orang tersebut atau kemangkiran seseorang. Dokter membuat diagnosa dengan secara hati-hati melihat kembali gejala-gejala orang tersebut dan melakukan penelitian fisik untuk menghilangkan gangguan fisik yang bisa menimbulkan atau menyebabkan hilangnya memori. Penelitian psikologi juga dilakukan.
Kadangkala dissociative fugue tidak dapat didiagnosa sampai orang tersebut kembali dengan tiba-tiba kepada identitas pre-fugue dan susah untuk menemukan dirinya pada keadaan yang tidak dikenalinya. Diagnosa tersebut biasanya dibuat secara retroactive oleh seorang dokter mereview riwayat dan pengumpulan informasi orang tersebut dimana dokumen keadaan sebelum orang tersebut meninggalkan rumah, berjalan dengan sendirinya, dan menetapkan pengganti kehidupan.
TERAPI
Kebanyakan fugue berlangsung hitungan jam atau harian dan hilang dengan sendirinya. Dissociative fugue diobati lebih banyak seperti dissociative amnesia, dan pengobatan bisa termasuk penggunaan hypnosis atau wawancara obat-difasilitasi. Meskipun begitu, uoaya untuk menyimpan ingatan pada periode fugue biasanya tidak berhasil. Seorang terapis bisa membantu orang tersebut untuk memeriksa pola mereka pada penanganan jenis situasi tersebut, konflik, dan mood yang memicu (precipitated) episode fugue untuk mencegah perilaku fugue berikutnya.
KEPRIBADIAN GANDA
Kepribadian ganda adalah suatu gangguan psikologis di mana penderita akan menciptakan dua atau lebih kepribadian dan kondisi emosi yang masing-masing memiliki persepsi dan interaksi berbeda terhadap lingkungannya . Mereka yang memiliki kepribadian ganda tak bisa digolongkan sebagai orang gila . Mereka waras , prilaku kesehariannya normal , dan bisa jadi intelektual mereka tinggi.
Mereka masih tau jika jatuh itu ke bawah dan api itu panas . Yang menjadikan mereka 'berbeda' adalah terdapat berbagai macam kepribadian di dalam satu tubuh, satu nama, dan satu latar belakang. Menurut DSM-IV, diagnosis yang benar untuk dissociative identity disorder (DID) adalah jika seseorang itu mempunya 2 ego yang berbeda (alter ego), di mana masing2 ego mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang exist secara independent - dan 'keluar' dalam waktu yang berlainan. biasanya ada 1 kepribadian utama, dan penyembuhan penyakit ini biasa dilakukan pada alter utama. pada umumnya, ada 2 - 4 alters pada saat seseorang ter-diagnosa, dan cukup sering ada alter2 lainnya lagi yang muncul pada saat treatment. Gangguan dalam ingatan juga biasa terjadi karena dari satu alter dengan alter lain tidak berhubungan; dalam arti, alter A tidak mempunyai ingatan alter B itu seperti apa, atau mungkin malah tidak tau tentang keberadaan alter B. keberadaan alter yang berbeda harus kronik (long lasting / berlangsung lama), dan menyebabkan gangguan dalam kehidupannya. Masing-masing alter bisa cukup kompleks, dengan tingkah laku, ingatan, dan relationship yang tersendiri. biasanya kepribadian2 ini berbeda atau malah saling bertolak belakang. mereka bisa aja mempunyai pikiran sendiri, pake kacamata dengan degree yang berbeda, atau alergi terhadap hal yang berbeda. alter utama maupun yang subordinate masing2 sadar akan 'waktu yang hilang' (memory gap), malah kadang suara alter yang satu (A) bisa 'masuk' ke alter yang lain (B), walau alter itu (B) tidak tau/sadar asal suara itu dari siapa.
DID biasanya bermula dari saat kecil, tapi jarang ter-diagnosed sampe dewasa. penyakit ini jauh lebih rumit dibandingkan penyakit dissociative yang lain, dan kadang tidak bisa disembuhkan secara total. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. cukup sering DID disertai penyakit lain, misalnya depression, borderline personality disorder, dan samatization disorder. penderita juga biasanya mengalami sakit kepala, substance abuse, fobia, halusinasi, percobaan bunuh diri, begitu juga dengan gejala dissociative lainnya seperti amnesia dan depersonalization.
Asal Usul DID (dissociative identity disorder)
Ada 3 teori utama tentang DID. yang satu mengatakan bahwa DID bermula sejak kecil, akibat kekerasan fisik atau sexual yang parah (abuse). kekerasan ini menyebabkan terpisahnya dan terbentuknya alter sebagai pelarian dari trauma. tapi berhubung tidak semua orang yang mengalami kekerasan semasa kecil menderita DID, maka kemudian dikatakan bahwa mungkin ada hal lain yang hadir di antara mereka yang menderita DID. ada satu ide yang mengatakan bahwa tingginya hypnotizability (mudahnya-seseorang-dihipnotis; note, brarti orang itu mempunyai tingkat sugesti yang tinggi) mempermudah pembentukan alters melalui self-hypnotize. ide lain adalah, orang yang menderita DID sangat mudah / cenderung terlibat dalam fantasi.
PENYEBAB
- Trauma tragis dalam hidupnya terutama di masa kanak-kanak (umumnya di usia 4 - 6 tahun) sehingga membuat pribadi yang sangat haus akan kasih sayang dan perhatian .
- Rasa kesepian yang sangat mendalam akan mendorong seseorang membuat pribadi yang akan menemaninya setiap saat .
- Lingkungan tempat ia dibesarkan membingungkan dan memubuatnya stress yang cukup ekstrim dan tekanan batin berkepanjangan .
- Depresi terus menerus tanpa sebab hingga akhirnya menciptakan karakter lain untuk bisa lari dari diri sendiri menjadi 'orang lain' yang lebih kuat dan tegar atau malah mendorongnya untuk bunuh diri .
- Keadaan keluarga . Misal , sifat ayah dan ibu yang 180 derajat bertolak belakang antara keduanya dan sifat-sifat itu menurun pada si anak .
- Hasil imajinasi yang semakin menjadi-jadi dan akhirnya out of control dari kepribadian utamanya sendiri .
TERAPI
Terapi psikoanalisis lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif dibanding masalah-masalah psikologis lain. Tujuan untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari, dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar.
Hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID. Secara umum, pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami oleh pasien. Umumnya seseorang dihipnotis dan didorong agar mengembalikan pikiran mereka kembali ke peristiwa masa kecil. Harapannya adalah dengan mengakses kenangan traumatik tersebut akan memungkinkan orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari masa kecilnya saat ini sudah tidak ada dan bahwa kehidupannya yang sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian masa lalu tersebut.
Terdapat beberapa prinsip yang disepakati secara luas dalam penganganan DID, terlepas dari orientasi klinis (Bower dkk, 1971; Cady, 1985; Kluft, 1985, 1999; Ross, 1989). Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian
Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa ia adalah bagian dari satu orang dan kepribadian- kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyaman, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom. Seluruh kepribadian harus diperlakukan secara adil
Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai kepribadian
Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.
Tujuan setiap pendekatan terhadap DID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak lagi diperlukan untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu disosiasi awal, trauma di masa sekarang atau trauma di masa yang akan datang.
Hipnotis umum digunakan dalam penanganan DID. Secara umum, pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami oleh pasien. Umumnya seseorang dihipnotis dan didorong agar mengembalikan pikiran mereka kembali ke peristiwa masa kecil. Harapannya adalah dengan mengakses kenangan traumatik tersebut akan memungkinkan orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari masa kecilnya saat ini sudah tidak ada dan bahwa kehidupannya yang sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian masa lalu tersebut.
Terdapat beberapa prinsip yang disepakati secara luas dalam penganganan DID, terlepas dari orientasi klinis (Bower dkk, 1971; Cady, 1985; Kluft, 1985, 1999; Ross, 1989). Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian
Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa ia adalah bagian dari satu orang dan kepribadian- kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyaman, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom. Seluruh kepribadian harus diperlakukan secara adil
Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai kepribadian
Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian.
Tujuan setiap pendekatan terhadap DID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak lagi diperlukan untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu disosiasi awal, trauma di masa sekarang atau trauma di masa yang akan datang.
Gangguan Depersonalisasi
Gangguan depersonalisasi ditandai dengan perasaan terpisah yang lama atau berulang dari tubuh atau proses mental seseorang (depersonalisasi) dan oleh perasaan di luar peninjau pada kehidupan seseorang.
PENYEBAB
Gangguan depersonalisasi dapat disebabkan oleh masalah psikologis (stress yang berat), neurologis (depersonaisasi biasanya merupakan gejala awal adanya masalah neurologis seperti misalnya tumor otak atau epilepsy) dan penyakit sistemik (gangguan tiroid atau pancreas).
GEJALA
Orang dengan gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gejala pada depersonalisasi adalah gejala psikologi ketiga yang paling sering terjadi (setelah perasaan gelisah dan perasaan depresi) dan seringkali terjadi setelah seseorang mengalami bahaya yang mengancam nyawa, seperti kecelakaan, penyerangan, atau penyakit atau luka serius. Gangguan depersonalisasi tidak dipelajari secara luas, dan penyebab dan kejadiannya pada masyarakat tidak diketahui.
Gangguan depersonalisasi bisa jadi kecil, gangguan penyampaian dengan sedikit nyata berpengaruh pada perilaku. Beberapa orang bisa menyesuaikan atau bahkan menghambat dampaknya. Yang lainnya terus menerus digoda dengan kegelisahan pada sikap pandang mereka, khawatir bahwa mereka akan menjadi gila atau memikirkan melebihi persepsi menyimpang pada tubuh mereka dan perasaan mereka terpisah dari diri mereka sendiri dan orang lain. Penderitaan mental bisa melumpuhkan mereka.
DIAGNOSA
Diagnosa pada gangguan depersonalisasi dibuat berdasarkan gejala-gejala. Seorang dokter mengevalusai orang tersebut untuk mengesampingkan gangguan fisik (seperti gangguan serangan), penyalahgunaan obat, dan gangguan kesehatan mental lainnya, tes psikologi dan prosedur wawancara khusus bisa membantu dokter mengenali masalah tersebut.
PENGOBATAN
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut. Gangguan disosiatif menunjukkan, mungkin lebih baik dibanding semua gangguan lain, kemungkinan relevansi teori psikoanalisis. Dalam tiga gangguan disosiatif, amnesia, fugue dan DID, para penderita menunjukkan perilaku yang secara sangat meyakinkan menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mengakses berbagai bagian kehidupan pada masa lalu yang terlupakan. Oleh sebab itu, terdapat hipotesis bahwa ada bagian besar dalam kehidupan mereka yang direpres. Terapi psikoanalisis lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif dibanding masalah-masalah psikologis lain. Tujuan untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari, dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar.dipicu (diendapkan) dengan gangguan kesehatan mental lainnya, yang memerlukan pengobatan. Setiap tekanan berhubungan dengan permulaan serangan (onset) gangguan depersonalisasi harus ditunjukkan.
Beberapa tingkat keringanan biasanya dicapai dengan pengobatan. Benar-benar sembuh adalah mungkin untuk banyak orang, khususnya mereka yang gejala-gejalanya terjadi dalam hubungan dengan stress yang bisa ditunjukkan selama pengobatan. Orang lain dengan gangguan depersonalisasi tidak bisa bereaksi dengan baik terhadap pengobatan, meskipun mereka bisa sembuh secara bertahap dengan sendirinya. Beberapa tetap tidak bereaksi terhadap seluruh pengobatan.